“NUSANTARA BLUE CARBON INSURANCE”: KONSEP INVESTASI LINGKUNGAN MASA DEPAN SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN MENYELURUH TERHADAP PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR

Authors

  • Citra Andinasari INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
  • Prima Tama Setyasa INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
  • Arofatuz Zulfa Zakiyyah INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Keywords:

mangrove, carbon trading, karbon biru, protocol Kyoto

Abstract

Persebaran mangrove di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, dengan fakta lain menyebutkan bahwa ekosistem pesisir atau yang disebut sebagai cadangan karbon biru (blue carbon sink) mampu menyimpan karbon 4 kali lebih banyak dari pada hutan tropis/pohon di daratan (green carbon). Dengan memanfaatkan mekanisme perdagangan karbon (carbon trading) sesuai Protokol Kyoto, Indonesia berpotensi diuntungkan, terlebih dengan karbon biru sebagai objek yang diperdagangkan. Dalam carbon trading, Indonesia selaku negara produsen (negara penyerap karbon) akan memperoleh keuntungan dari negara penghasil emisi yang ratarata adalah negara maju. Keuntungan tersebut tidak hanya secara lingkungan, tetapi juga pada skala ekonomi. Melalui pendekatan ini, unsur keterlibatan masyarakat juga bisa dimunculkan dengan membuat mekanisme pengaturan yang meletakkan masyarakat dan komunitas lingkungan sebagai pengawas sosial (social control). Mekanisme asuransi karbon dipilih karena merupakan cara yang ampuh untuk mengatasi kerugian perubahan iklim dan dapat ditanggung secara bersama-sama. Dengan konsep Nusantara Blue Carbon Insurance, diharapkan dapat sejalan dengan pengurangan emisi sebesar 29% yang digagas Indonesia dan menjaga ambang batas suhu bumi tidak lebih dari 2C. Selain itu, konsep pemanfaatan karbon biru pesisir ini juga bisa menghadirkan keuntungan ekonomis bagi negara dan daerah, serta juga mampu melibatkan masyarakat dalam upaya mitigasi perubahan iklim dengan tupoksinya masing-masing.

Published

2020-11-12

Issue

Section

Articles